Jumat, 24 Februari 2012

PELUANG USAHA TERNAK KAMBING

Di Indonesia, kambing telah lama dipelihara di pedesaan. Akan tetapi peranan kambing sampai saat ini belum banyak berarti, baik sebagai sumber daging maupun sumber air susu. Hal ini terjadi karena usaha peternakan kambing masih sederhana dengan jumlah pemilikan sedikit dan masih merupakan usaha sampingan dan sebagai tabungan. Sebenarnya ternak kambing mempunyai potensicukup besar untuk berkembang, karena termasuk ternak yang mempunyai adaptasi cukup tinggi, disamping modal yang diperlukan relatif sedikit. Pengembangan peternakan berkaitan dengan peningkatan pendapatan. Pendapatan yang meningkat dari suatu usaha peternakan akan memberikan motivasi untuk berusaha lebih baik. Sukses dan gagalnya suatu usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh kemampuan ternaknya berproduksi dan harga input produksi serta output yang dihasilkan. Keadaan tersebut erat kaitannya dengan kemampuan peternak dalam mengelola usahanya dan tingkat keuntungan maksimum yang dicapainya. Peternak dengan jumlah ternakpemilikan yang banyak, mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Jumlah pemilikan ternak yang lebih banyak umumnya akan lebih efisien dalam hal tenaga kerja dan biaya produksi. Populasi kambing di Indonesia cukup tinggi tetapi data mengenai bangsa kambing perah di Indonesia tidak ada, karena data tersebut masih secara umum dan tidak dikelompokkan menurut tipe kambing perah maupun kambing potong. Pengembangan produksi susu merupakan upaya yang bertujuan meningkatkan dan memanfaatkan potensi yang ada di dalam negeri sehingga terjadi peningkatan produksi susu. Peningkatan produksi susu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi impor dan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan. Jenis kambing perah yang ada di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE tersebut banyak terdapat di daerah Kali Gesing, Purworejo, Jawa Tengah. Kambing PE merupakan kambing persilangan antara kambing Etawah dengan kambing Kacang. Kambing Etawah berasal dari India sedangkan kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing perah lain yang sedang dikembangkan di Indonesia adalah kambing Saanen yang berasal dari Swiss. Jumlah penduduk Indonesia yang besar sangat potensial bagi permintaan produk peternakan. Menurut pangsanya pada tahun 2001, konsumsi produk peternakan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masing-masing adalah daging sebesar 5,11 kg/kapita/tahun, telur sebesar 3,47 kg/kapita/tahun dan susu sebesar 6,46 kg/kapita/tahun. Perkembangan konsumsi susu dalam lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 7,9 % per tahun. Peningkatan konsumsi susu dari tahun ke tahun merupakan peluang bagi pengembangan ternak penghasil susu (diolah dari Deptan, 2001). Produksi susu di Indonesia pada tahun 1997 adalah 423.664 ton terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 5,1 % per tahun, sehingga pada tahun 2001 menjadi sebesar 505.024 ton. Jumlah produksi susu tersebut belum dapat memenuhi permintaan total konsumsi. Total konsumsi susu pada tahun 1997 sebesar 1.050 ribu ton dan terus mengalami peningkatan, sehingga pada tahun 2001 menjadi sebesar 1.330 ribu ton. Dengan demikian penyediaan susu dalam negeri selama lima tahun terakhir mengalami defisit rata-rata sebesar 740,66 ribu ton per tahun (diolah dari Deptan, 2001). Umumnya susu dihasilkan dari ternak sapi perah. Defisit penyediaan susu yang tidak terpenuhi dari penyediaan susu sapi perah, merupakan peluang bagi pengembangan ternak kambing perah sebagai alternatif pengembangan usaha dan penyediaan susu di Indonesia. Jumlah defisit tersebut ekuivalen dengan 740.660 ekor kambing perah laktasi, yang berarti dapat dijadikan sebagai usaha kecil yang layak untuk 74.066 orang peternak. Susu kambing perah yang diproduksi kemudian dipasarkan masih terbatas. Hal ini karena susu kambing belum banyak dikenal dan kurang populer dibandingkan dengan susu sapi. Permintaan susu kambing terbatas untuk daerah tertentu dan untuk etnik tertentu. Kambing menjadi pilihan alternatif usahaternak dengan mempertimbangkan keunggulan yang dimiliki ternak tersebut. Beberapa keuntungan dalam memelihara ternak kambing adalah sebagai berikut (Sudono, 2002) : Kebutuhan lahan untuk memelihara ternak kambing tidak terlalu luas. Kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai lingkungan, sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah bahkan di daerah kering dengan sumber makanan kasar sekalipun. Kambing memiliki perkembangbiakan yang cepat. Umur 1,5 tahun sudah mulai beranak dan dalam dua tahun dapat beranak tiga kali. Setiap kali beranak dapat melahirkan dua ekor. Selain daging dan susu, kambing dapat diambil kulitnya untuk kebutuhan industri. Limbah kotoran kambing dapat digunakan sebagai pupuk pertanian. Kambing merupakan sumber uang tunai yang sewaktu-waktu lebih mudah dijual. Susu kambing mengandung kadar protein dan lemak yang lebih tinggi daripada susu sapi. Investasi yang dibutuhkan untuk memelihara ternak kambing lebih kecil daripada ternak besar seperti sapi perah. http://binaukm.com/2010/04/peluang-usaha-ternak-kambing

JUAL BELI DENGAN NON MUSLIM

oleh: Ust. Aris Munandar, S.S., M.A. Menjual barang kepada non muslim atau membeli barang yang dijual oleh non muslim pada dasarnya dibolehkan, dasarnya adalah Alquran, hadis, dan kesepakatan ulama. وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ "Dan sembelihan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) itu halal bagi kalian." (QS. Al-Maidah: 5). Sembelihan non muslim ahli kitab itu bisa jadi kita peroleh melalui jalan hadiah dan pemberian atau pun jual beli. عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتِ اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - مِنْ يَهُودِىٍّ طَعَامًا وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli bahan makanan (baca: gandum) dari orang Yahudi secara tidak tunai dan beliau serahkan kepada orang Yahudi tersebut baju besi beliau sebagai jaminan.” (HR Bukhari dan Muslim) Yang dimaksud dengan bahan makanan dalam hadis di atas adalah gandum kasar. عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - قَالَ وَلَقَدْ رَهَنَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - دِرْعَهُ بِشَعِيرٍ Dari Anas radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggadaikan baju besi beliau untuk membeli gandum kasar secara tidak tunai.” (HR. Bukhari, no. 2373). Ketika itu mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berhutang gandum saja kepada shahabat yang kaya namun malah memilih bertransaksi dengan orang Yahudi? Ada beberapa jawaban untuk menjawab pertanyaan ini: Nabi ingin menjelaskan kepada umatnya mengenai boleh bertransaksi jual beli dengan Yahudi dan itu bukanlah termasuk loyal kepada orang kafir. Atau ketika itu tidak ada shahabat yang memiliki bahan makanan yang berlebih. Atau Nabi khawatir jika beliau berhutang gandum dengan para shahabat, mereka lantas tidak mau dibayari, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ingin menyusahkan mereka. Dalam shahih Bukhari terdapat bab yang judulnya 'Bab menjual dan membeli barang dari orang orang musyrik dan orang kafir yang memerangi kaum muslimin'. Di antara hadis yang beliau bawakan dalam bab ini adalah hadis sebagai berikut: عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرٍ - رضى الله عنهما - قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - ثُمَّ جَاءَ رَجُلٌ مُشْرِكٌ مُشْعَانٌّ طَوِيلٌ بِغَنَمٍ يَسُوقُهَا فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « بَيْعًا أَمْ عَطِيَّةً أَوْ قَالَ أَمْ هِبَةً » . قَالَ لاَ بَلْ بَيْعٌ . فَاشْتَرَى مِنْهُ شَاةً Dari Abdurrahman bin Abu Bakar radhiallahu ‘anhu beliau bercerita ketika kami sedang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Datanglah seorang laki-laki musyrik yang postur tinggi badannya di atas rata-rata sambil menggiring kambing-kambingnya. Lantas Nabi bertanya kepadanya, "Apakah kambing kambing ini mau dijual ataukah dihibahkan?" Dia menjawab, "Dijual". Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli seekor kambing darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim). An Nawawi mengatakan, “Kaum muslimin bersepakat bolehnya bermuamalah (jual beli, sewa, dll.) dengan non muslim (Syarh Nawawi untuk Shahih Muslim, 10:218). Jadi dibolehkan bermuamalah dengan non muslim selama barang yang menjadi objek transaksi bukanlah barang yang haram dan barang tersebut bukanlah barang yang akan digunakan non muslim tersebut untuk memerangi kaum muslimin. Sehingga rusaknya akidah dan keyakinan mereka serta jeleknya transaksi yang mereka lakukan dengan sesama mereka tidaklah kita pertimbangkan dalam hal ini. Tentu saja kita sadari bahwa sebagian besar sumber pendapatan orang kafir adalah sumber sumber yang tidak halal dalam tinjauan agama kita baik dengan cara menipu, membungakan uang atau selainnya. Oleh karena itu, bolehnya bertransaksi jual beli dan selainnya dengan non muslim adalah dalil bolehnya bertransaksi dengan seorang muslim yang mayoritas hartanya berasal dari sumber yang haram. Artikel www.PengusahaMuslim.com

Selasa, 24 Januari 2012

BUDIDAYA KAMBING PEDAGING

Posted on 25-01-2012
Kambing (Capra aegagrus hircus), secara genetik berbeda dengan domba atau biri-biri (Ovis Linnaeus, Ovis aries). Ciri khas yang paling mudah membedakan kambing dengan domba adalah tanduknya. Tanduk kambing tumbuh mengarah ke atas, baru kemudian melengkung ke belakang. Sedangkan tanduk domba, tumbuh ke arah belakang, terus melengkung ke bawah membentuk lingkaran. Kambing jantan berjenggot, domba jantan tidak berjenggot. Namun di pasar, terlebih setelah ternak ini dipotong dan dipasarkan sebagai daging, masyarakat hanya mengenal nama kambing. Daging kambing dan daging domba, sama-sama disebut daging kambing.

Konsumen, tidak pernah menjumpai daging domba. Terlebih sate domba, gulai domba, sop domba, dan domba guling. Padahal, populasi domba di Indonesia, lebih banyak dibanding dengan kambing. Masyarakat Jawa Barat, lebih senang memelihara domba. Sedangkan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur, menyukai domba maupun kambing. Hingga di Jawa Tengah, dikenal istilah wedhus gibas (kambing etawa), wedhus kacangan (kambing kecil, kambing biasa), dan wedhus gembel (domba, biri-biri). Bulu kambing lurus dan halus, sedangkan bulu domba keriting dan bergulung-gulung mirip awan. Awan panas di Gunung Merapi, Jawa Tengah, disebut “wedhus gembel”, karena bentuknya mirip bulu domba.

Kalau di Indonesia daging kambing dan domba dianggap sama, maka di pasar internasional, kambingnya sendiri disebut goat, sedangkan dagingnya chevon. Domba disebut sheep, dan dagingnya mutton atau lamb. Hingga masyarakat tidak bingung memilih, mana yang daging kambing dan mana yang domba. Perbedaan antara kambing dengan domba juga terdapat pada pakannya. Domba lebih menyenangi rumput, sedangkan kambing mau makan daun-daunan. Sebab habitat nenek moyang kambing berupa pegunungan gunung yang banyak perdu serta pepohonannya. Habitat nenekmoyang domba adalah lembah pegunungan yang kaya rumput.

# # #

Kambing mulai dibudidayakan manusia sejak 10.000 tahun yang lalu, di lereng pegununganh Zagros, Iran. Ketika itu, masyarakat setempat memelihara kambing, domba serta sapi untuk dimanfaatkan susu, daging, wool, dan kulitnya. Kulit kambing digunakan sebagai pakaian, alas tidur, tenda, wadah air dan anggur, serta untuk menulis. Sebelum digunakan kertas yang diketemukan oleh Bangsa China, masyarakat Timur Tengah menulis terutama dengan kulit kambing dan domba. Selain dengan kain dan lembaran daun Papyrus. Ketika itu, yang disebut “membudidayakan” hanyalah sekadar menjaga dan menggiring ternak ke padang rumput yang lebih hijau.

Nama Capra aegagrus diberikan oleh Erxleben, pada tahun 1777, dengan beberapa subspesies. Di antaranya adalah Capra aegagrus aegragus (Bezoar IbeX), Capra aegagrus blythi (Sindh Ibex), Capra aegagrus chialtanensis (Chiltan Ibex), Capra aegagrus creticus (Cretan Kri-kri), Capra aegagrus hircus (kambing budidaya, Domestic Goat), dan Capra aegagrus turmenica (Bearded Goat). Selain itu masih ada pula Alpine Ibex, Nubian Ibex, Spanish Ibex, Chamois, Markhor, West Caucasian Tur, East Caucasian Tur, dan Auckland Island Goat yang terancam punah. Kecuali Capra aegagrus hircus, semua jenis yang disebutkan tadi merupakan kambing liar.

Kambing budidaya sendiri, terbagi pula menjadi beberapa jenis, sesuai dengan tujuan budidayanya. Yang termasuk kategori kambing pedaging antara lain Boer, Kiko, Rove, Spanish, Fainting dan Pygmy. Yang dipelihara sebagai kambing perah adalah French Alpine, British Alpine, American Alpine, Golden Guernsey, La Mancha, Nigerian Dwarf, Nubian, Anglo-Nubian, Oberhasli, Rove, Saanen, Sable Saanen, Toggenburg, Kinder, Majorera, dan Palmera. Jenis yang dibudidayakan untuk diambil bulunya adalah Angora, Cashmere, Pygora, dan Nigora. Khusus untuk produksi kulit adalah Black Bengal (kambing benggala). Pygmy, Nigerian Dwarf dan Australian Miniature Goat adalah jenis kambing yang dipelihara sebagai pet (hewan peliharaan).

Di Indonesia, baik kambing maupun domba, hanya dipelihara untuk dimanfaatkan daging dan kulitnya. Sebab bulu domba maupun kambing, tidak pernah diambil untuk dipintal menjadi bahan pakaian dan karpet. Domba, hampir tidak pernah diambil susunya. Tetapi kambing, khususnya kambing Peranakan Ettawa (PE), sudah teribasa diperah susunya. Nilai ekonomis susu kambing, lebih tinggi dibanding dengan susu sapi. Itulah sebabnya di Jawa Tengah dan DIY, khususnya di Purworejo dan Kulonprogo, pemeliharaan kambing PE berkembang dengan sangat pesat. Selain daging dari kambing jantan, peternak juga bisa memperoleh tambahan penghasilan dari susu.

# # #

Habitat asli kambing adalah pegunungan, dengan lereng dan tebing yang curam. Hingga menu kambing lebih banyak berupa daunan. Baik daun perdu maupun pohon. Beda dengan domba yang lebih menyukai rumput, karena habitat aslinya berupa lembah dengan padang rumputnya. Para peternak yang memelihara kambing dan domba dalam kandang, tahu kecenderungan ternak mereka. Hingga mereka lebih banyak memberi rumput pada domba, dan daun-daunan pada kambing. Kambing mau makan daun nangka, albisia, lamtoro, singkong, batang jagung (tebon), limbah ubi jalar, kacang tanah dan juga rumput. Sebaliknya domba kurang menyukai daun-daunan.

Di beberapa tempat di Jawa, kambing dan domba dipelihara dengan cara diliarkan. Demikian pula di Sumatera. Bahkan di Sumatera, juga di Sulawesi, NTB dan NTT, sapi dan kerbau pun dipelihara dengan diliarkan. Meskipun sama-sama diliarkan, kambing akan lebih memilih menu daun-daunan, sementara domba lebih memilih menu rumputan. Seorang peternak di kawasan Sumatera Utara, pernah mengeluh karena kambingnya terkena penyakit dan banyak yang mati. Meskipun peternak ini sudah menghubungi dokter hewan setempat, kematian kambingnya tetap tidak tercegah. Setelah dia berkonsultasi dengan Insinyur Peternakan, barulah masalahnya teratasi.

Ternyata, masalah yang dihadapi peternak tadi adalah soal pakan. Dia memelihara kambing sekaligus domba, yang dikandangkan secara terpisah. Pakan untuk dua jenis ternak ruminansia ini sama, yakni rumput gajah dan hijauan limbah pertanian, tanpa konsentrat. Dengan pakan ini, domba dapat hidup sehat dan produktif. Sementara tanpa pakan daun-daunan, kambingnya mudah terserang penyakit. Setelah pakannya diubah, maka kambing yang dipelihara peternak tadi bisa sehat dan berkembangbiak, sama dengan dombanya. Fakta ini telah menimbulkan anggapan, bahwa domba lebih tahan banting dibanding kambing.

Di Indonesia maupun di dunia internasional, populasi kambing memang kalah dibanding domba. Namun daging kambing punya kelebihan dibanding dengan daging domba, sapi bahkan juga ayam. Sebab daging kambing lebih sedikit mengandung asam lemak jenuh dan kolesterol, dibandingkan dengan daging domba dan sapi. Kecilnya kandungan lemak dan kolesterol pada daging kambing, bahkan bisa disetarakan dengan daging ayam. Nutrisi daging kambing juga lebih baik dibanding ayam, karena kandungan mineralnya lebih tinggi. Selama ini, masyarakat selalu keliru, menganggap daging kambing mengandung asam lemak jenuh dan kolesterol tinggi.

# # #

Kekeliruan masyarakat Indonesia ini, disebabkan oleh disamakannya daging kambing dengan daging domba. Meskipun dalam beberapa hal, kambing memang sangat mirip dengan domba. Selain sama-sama hewan ruminansia (memamah biak), umur dewasa kambing dan domba juga sama, yakni sekitar satu tahun. Pada umur itu, kambing betina siap dikawinkan dan beranak. Usia kebuntingan pada kambing dan domba juga sama, yakni sekitar 150 hari (5 bulan). Hingga dalam satu tahun, seekor induk betina dapat melahirkan anak sampai dua kali, sebanyak dua ekor. Kedangkala kambing hanya beranak satu ekor, tetapi bisa pula tiga ekor.

Seekor induk kambing perah yang baik, mampu menghasilkan susu sebanyak 2 liter per hari. Namun kambing PE umumnya hanya menghasilkan susu1 sampai 1,5 liter per hari. Masa laktasi kambing antara 200 sampai 300 hari (8 sampai 10 bulan). Pada pemeliharaan kambing pedaging, peternak akan menyapih anak kambing paling lama pada umur 4 bulan, kemudian kembali mengawinkan induknya. Hingga pada tahun tersebut, induk betina dapat beranak dua kali. Kalau pada bulan Januari peternak membeli sepasang anak kambing lepas sapih (umur 7 bulan), maka pada bulan Juni tahun itu juga kambing akan siap kawin.

Pada bulan November tahun itu pula, kambing akan beranak. Tahun berikutnya induk betina akan beranak pada bulan Oktober. Sementara anak yang lahir pada bulan November tahun sebelumnya, akan siap kawin pada bulan November atau Desember. Pada tahun III, peternak sudah memiliki dua induk betina, dua kambing jantan dan empat ekor anak kambing. Anak kambing umumnya berkelamin jantan betina secara proporsional. Pada tahun IV, peternak sudah punya empat induk betina, empat kambing jantan dan delapan ekor anak kambing. Budidaya kambing relatif cepat menguntungkan, karena pertumbuhannya mengikuti deret ukur.

http://foragri.wordpress.com/2011/05/09/budidaya-kambing-pedaging/